Momentum 1 Abad Harkitnas dan Visit Indonesia Year 2008

Haryanto*))
Pada tanggal 20 Mei 2008 mendatang bangsa Indonesia akan memperingati satu abad hari kebangkitan nasional. Lagi-lagi kita akan diceritakan dongeng-dongeng di masa silam mengenai makna dan nilai primordial, serta heroisme kepahlawanan yang telah menghantarkan bangsa ini menuju kemerdekaan; Sedangkan yang (mengaku) berjiwa nasionalis akan menyiapkan ritual-ritual kebangsaan dengan berpakaian mewah untuk merayakannya. Namun, tiga hari berikutnya mereka akan terlupa dengan semuanya dan sibuk dengan rutinitasnya masing-masing yang jauh dari pengimplementasian makna dan nilai dari hari kebangkitan nasional yang fenomenal.
Kejadian yang menyedihkan ini selalu berulang-ulang pada tiap tahunnya. Kesadaran sejarah yang dicoba dibangun melalui penetapan tanggal merah (hari libur nasional) seakan-akan tak memiliki arti. Bangsa ini sudah terlalu arogan dan dibuaikan dengan persoalan masa kini yang serba kompleks. Sejarah hanya dianggap sekadar masa lampau, sekarang adalah Indonesia yang baru dimana sejarah hanya untuk dirayakan.
Dengan datangnya momentum satu abad Harkitnas, seharusnya bangsa ini dapat berupaya keluar dari kubangan formalitas perayaan. Artinya, bangsa ini harus bisa mengambil makna dari kata “bangkit” yang berarti keluar dari keterpurukan, terbebas dari penjajahan, dan terlepas dari penindasan. Sebagaimana yang dahulu pernah ditauladankan oleh Boedi Oetomo dengan menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa hingga dapat terbebas dari belenggu penjajahan.
Maka dari itu, mentransformasikan makna “bangkit” ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui kerja-kerja nyata adalah inti dari momentum satu abad Harkitnas. Dengan demikian, satu abad Harkitnas akan selalu menjadi ruh untuk menuju Indonesia baru yang lebih berkemajuan.

Kebangkitan Pariwisata Nasional
Seiring dengan datangnya satu abad Harkitnas, pemerintah telah mencanangkan sebuah program raksasa di tahun 2008 ini, yaitu, Visit Indonesia year (tahun kunjungan Indonesia). Program VIY 2008 ini mengharapkan agar Indonesia dapat membangkitkan potensi pariwisata yang terbentang dari Sabang sampai Merauke; Sehingga para wisatawan mancanegara akan berkenan untuk berkunjung guna menikmati keindahan alam nusantara. Jika program tersebut bisa terealisasikan secara maksimal, maka akan memberi efek positif kepada peningkatan perekonomian bangsa yang sedang diambang krisis.
Tidak tanggung-tanggung, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata telah mentargetkan 7 juta wisatawan mancanegara akan berkunjung ke Indonesia pada tahun 2008. Sebuah jumlah yang fantastis yang membutuhkan kerja keras, karena berdasarkan informasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada akhir tahun 2007 wisatawan mancanegara hanya berjumlah kurang dari 4 juta orang (www.kabar-indonesia .com).
Meski demikian, kita harus tetap optimis dalam merealisasikan program VIY 2008. Karena potensi alam dan budaya Indonesia cukup meyakinkan untuk diubah menjadi pusat-pusat pariwisata dunia. Apalagi di tengah kegersangan masyarakat dunia yang serba individualistik dan formalistik, tentunya menjadi alasan yang cukup meyakinkan untuk mengubah Indonesia menjadi negara pariwisata internasional. Selanjutnya, hanya tinggal menyusun strategi yang jitu untuk mempromosikannya.
Setidaknya terdapat dua strategi utama yang bisa dilakukan untuk merealisasikan program VIY 2008. Pertama, mencitrakan Indonesia sebagai negara yang pantas dan layak untuk menjadi tujuan wisata internasional. Upaya pencitraan bisa dilakukan dengan penggunaan jargon perpariwisataan yang dapat menggugah para wisatawan untuk berkunjung ketika membaca dan memaknainya.
Untuk ini kita bisa belajar dari keberhasilan dunia perpariwisataan Singapore yang telah melambungkan jargon “Uniquely Singapore”, dan Malaysia dengan “Truly Asianya” yang mencitrakan keharmonisan keragaman budaya di dalamnya. Kedua jargon tersebut amat simpel tetapi memiliki kekuatan makna yang dapat menggambarkan seluruh keunikan dunia perpariwisataan yang ditawarkan. Terkait dengan pencitraan, bangsa ini juga harus berjuang melawan pencitraan negatif yang mengatakan Indonesia sebagai sarang teroris.
Kedua, meningkatkan kualitas perpariwisataan nasional, khususnya yang berkaitan dengan wisata alam dan budaya. Bukan rahasia lagi jika negeri ini sangat kaya dengan potensi keindahan alam karena letaknya yang dilewati garis khatulistiwa; dan keunikan ragam budaya yang penuh pesona. Namun, banyak dari potensi tersebut tak tergarap secara maksimal. Sehingga potensi yang seharusnya dapat mendatangkan keuntungan ekonomi yang melimpah justru tersia-siakan.
Semoga dengan berhasilnya Program VIY 2008 bisa menjadi penawar yang efektif di kala bangsa ini sedang mengalami pesimisme karena terkena imbas dari krisis energi dan pangan internasional. Dan, yang terpenting, spirit dari satu abad hari kebangkitan nasional, yaitu terlepas dari keterpurukan, bisa tertransformasikan dalam konteks kekinian dan kedisinian. Sehingga sejarah tak hanya menjadi seremonial formal, tetapi kerja-kerja konkret untuk membangkitkan bangsa Indonesia.
*)) Aktivis IMM Sukoharjo

0 Responses to “Momentum 1 Abad Harkitnas dan Visit Indonesia Year 2008”:

Leave a comment