MENGURAI KONFLIK MUSLIM-KRISTEN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Haryanto*)
Islam dan Kristen merupakan dua agama besar dunia yang paling akrab dengan konflik. Sejarah telah banyak mengabarkan kepada kita berbagai kenangan kelam diantara keduanya. Perang salib, diskriminasi, bahkan sampai konflik yang terjadi di negara kita seperti tragedi di Ambon dapat kita jadikan contoh bahwa telah begitu parahnya pertikaian antar agama terbesar dunia ini.
Pada prinsipnya kedua agama monoteis ini berakar dari satu nenek moyang yang sama, yaitu Ibrahim. Walaupun secara teologis memiliki kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa tetapi secara konseptual terdapat berbagai macam perbedaan yang cukup mendasar. Dari perbedaan-perbedaan inilah, akhirnya memunculkan semangat keagamaan yang eksklusif, kemudian memunculkan konflik berkepanjangan. Disamping juga dipicu oleh kepentingan politik, sosial maupun ekonomi.
Pada makalah kali ini kami akan menguraikan konflik Muslim dan Kristen dalam perspektif Islam yang telah termaktub dalam sebuah buku karya Mahmoud Mustafa Ayoub. Buku ini merupakan kumpulan artikel-artikel yang kemudian didokumentasikan menjadi sebuah karya dan mengajukan solusi untuk memfasilitasi pertikaian-pertikaian tersebut.
Biografi Mahmoud Mustafa Ayoub
Beliau dilahirkan di Libanon Selatan pada sebuah desa Syi'ah di Ayn Qana. Ia mengenyam pendidikan tinggi di University of Pennsylvania dan Harvard University, dimana ia memperoleh gelar Ph. D. pernah menjadi Research Associate di Centre for Religious Studies of University of Toronto, Kanada, dan saat ini Mahmoud Ayoub adalah Professor of Islamic Studies di Departement of Religion, Temple University, Philadelphia, Amerika Serikat. Salah satu dari banyak karyanya adalah Redemtive Suffering in Islam: A Study of Devotional Aspects of Ashura in Twlver Shi'ism. Dalam bidang tafsir, direncanakan dengan judul The Qur'an and it's Interpreters I dan II (Albany: State University of New York press, 1984 dan 1992). Mahmoud Ayoub banyak terlbat dalam dialog Muslim-Kristen dan sering menghadiri konferensi-konferensi hubungan antara agama.
Gambaran Umum Tentang Buku
Buku ini terbagi menjadi dua bagian pokok yang kemudian dijabarkan menjadi sepuluh bab. Pada bagian pertama membahas tentang bagaimana Islam memandang agama Kristen. Seperti pada perspektif Islam modern, dan mengupas tentang Yesus. Lalu pada bagian kedua membicarakan tentang hubungan Muslim-Kristen dalam perspektif Islam. Pada bagian kedua ini penulis mencoba untuk menguraikan tentang umat Kristen dan apa akar konflik dari pertikaian antar agama tersebut.
Walaupun rata-rata isi buku ini merupakan cuplikan-cuplikan dari ide-ide yang pernah dikemukakan oleh para pemikir-pemikir Islam terdahulu, tetapi tidak jarang M.M.A juga memberikan komentar setelah dia menguraikan bagaimana pandangan dari tokoh-tokoh Islam sebagai pesan yang ingin diungkapkannya melewati karya-karyanya, yaitu tentang Pluralisme.
Pada kata pengantar yang ditulis oleh Ali Noer Zaman yang sekaligus sebagai penerjemah buku ini, dia menggambarkan bagaimana seluk beluk pemikiran M. M. A secara komprehensif, yang tentu saja telah melalui rekonstruksi terlebih dahulu menurut pemahamannya. Memang sebelum menguraikan pemikiran M.M.A, pada kata pengantar terlebih dahulu mengungkapkan fenomena-fenomena konflik pada agama Islam-Kristen.
Inti Pemikiran Mahmoud Mustofa Ayoub
Bagi M. M. A, dan seharusnya bagi umat Muslim secara keseluruhan, al-qur'an adalah jantung umat Muslim. Al-qur'an adalah sumber utama bimbingan dan harmoni sosial, dan kaum Muslim dituntut untuk mencari maknanya. Akibatnya, menurut M.M.A, tafsir al-qur'an adalah salah satu ilmu agama paling penting dan paling awal, dimulai sejak nabi Muhammad dan para sahabatnya. Ketika al-Qur'an berbicara pada hati kaum Muslim yang saleh melalui para pembacanya, maka al-Qur'an berbicara tentang sosio-politik dan religius umat Islam melalui para mufasirnya, Itulah stateman M.M.A dalam salah satu tulisannya. Memang seorang Mufassir al-Qur'an akan menginterpretasikan kitab suci sesuai dengan kondisi pada zamannya untuk menyelesaikan persoalan pada waktu itu.
Pada dasarnya pemikiran M.M.A banyak mengkritisi pola pemikiran umat Muslim yang cenderung eksklusif (tertutup), sehingga memperkeruh hubungan antara agama Islam dan Kristen. Dia banyak mengkaji ulang tafsiran-tafsiran ayat yang sarat dengan konflik antar kedua agama tersebut. Seperti mengkaji beberapa ayat seperti Q.S : 21 ayat 90-91, dan Q.S : 62 ayat 12 tentang Yesus Kristus dengan penjelasan para Mufassir yang dianggapnya representatif. Yang walaupun kemudian dia mengkritisi para Mufassir tersebut yang dianggapnya telah menutup-nutupi dengan menerjemahkan ayat-ayat tadi dengan berbeda ataupun dengan mengabaikannya tanpa komentar. Tetapi berbeda halnya ketika M.M.A menguraikan tentang pandangan Islam-Syi'ah terhadap Yesus. Dia menganggap bahwa dalam Syi'ah terdapat suatu pamdangan yang unik tentang kedudukan Yesus (Isa a.s) karena Yesus adalah termasuk dalam lingkaran sejarah esoterik dan eksoterik. Yaitu seorang nabi, orang bijak yang asketis, dan seorang mistikus.
Penulis juga memberikan penjelasan tentang ayat-ayat al-Qur'an yang mengisyaratkan akan pluralisme agama dan menganggap bahwa yang tertutup adalah para "umat Muslim". Dia menegaskan bahwa al-qur'an tidaklah berbicara tentag agama-agama, tetapi tentang umat beragama. Menurutnya, celaan tajam yang diberikan al-qur'an pada kaum Yahudi dan Nasrani, sebagian besar diarahkan pada kepercayaan, sikap atau perbuatan dari orang atau kelompok tertentu yang dengannya Nabi Muhammad melakukan hubungan, dan bukan kepercayaan atau afiliasi agama.
Surat al-Maidah ayat 69 dan surat al-Baqarah ayat 62 dikemukakannya sebagai contoh penegasan al-Qur'an dalam mendukung pluralisme agama. Dan yang terpenting adalah bahwa kedua ayat ini diturunkan pada permulaan dan akhir kenabian Muhammad saw.
"sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabi'in dan orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudiandan beramal shaleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati".
Kemudian terdapat sebuah statement yang sangat mengagetkan pada buku ini, yaitu bahwa al-Qur'an secara khusus telah keluar dari fakta-fakta sejarah dalam menjelaskan tokoh-tokoh Bibel, yang kemudian dianggap benar oleh kaum Muslim pada umumnya. Dari perbedaan pembacaan fakta ini, umat Muslim menganggap pemahaman Kristen sebagai distorsi yang disengaja. Disisi lain, setelah mengetahui pandangan umat Muslim, orang-orang Kristen bersikap merendahkan Islam, kitab suci dan Nabinya serta menganggap seluruh usahanya sebagai perbuatan setan, atau, sedikit menghibur, sebagai bid'ah Kristen yang terlalu sulit untuk diberantas. Dan terdapatnya ambivalensi dalam penegasan ayat-ayat al-Qur'an.
Refleksi Pemakalah
Jika diperhatikan buah karya M.M.A pada prinsipnya memiliki tujuan yang sangat baik, karena menginginkan hubungan antar manusia dalam perspektif agama mampu hidup secara berdampingan dan harmonis dengan kemajemukan berbagai perbedaan, dengan salah satu solusi tawarannya adalah dengan mengadakan dialog antar agama. Secara garis besar gagasan-gagasan dalam buku ini tidak jauh berbeda dari gagasan Fritjof Schuon, seorang pemikir yang pernah membuat tesis tentang kesatuan agama-agama pada dimensi esoteris.
Jelaslah bahwa ia sangat menentang eksklusivisme agama dan mengajukan pluralisme sebagai solusi dari pertikaian antar agama. Karena eksklusivisme dianggap sudah tidak sesuai lagi denga semangat zaman pada masa kini
Memang cukup sulit untuk menerima gagasan-gagasan "baru" seperti gambaran M.M.A, dengan kritikan-kritikan tajam terhadap pemahaman yang telah mengakar kuat pada umat Muslim. Karena memang paradigma berfikir yang telah digunakan kebanyakan umat Muslim adalah paradigma yang sifatnya absolut.
Kesimpulan
Sekarang yang harus kita lakukan sebagai seorang Muslim dengan masalahan berkepanjangan ini adalah menyikapinya secara arif dan bijaksana tetapi tidak bertentangan dengan nilai-nilai dari keyakinan yang kita bawa. Jangan sampai terbawa oleh sikap-sikap yang memperkeruh keadaan karena tanpa berfikir dalam menyikapi problematika sensitif ini.
*) Aktivis IMM Sukoharjo

0 Responses to “MENGURAI KONFLIK MUSLIM-KRISTEN DALAM PERSPEKTIF ISLAM”:

Leave a comment