MASYARAKAT INDONESIA PAHLAWAN BANGSA

Haryanto*))
Deklarasi kemerdekaan memang telah dikumandangkan dengan lantang oleh Soekarno-Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945, tetapi bukan menandakan perjuangan telah usai. Sebab, penjajah-penjajah gaya baru dengan strategi super canggih pada hakikatnya masih bercokol di nusantara. Hegemoni politik, ekonomi, dan sosial yang terbingkai dalam bentuk ideologi masih dirasakan oleh masyarakat, meski kebanyakan dari kita tidak menyadarinya. Pola penindasan yang lebih halus tetapi mengakibatkan kerusakan yang lebih parah dibandingkan tembakan mortir dan letusan senapan. Sikap inferior dan ketergantungan, itulah yang sedang di setting oleh penjajah modern masa kini. Sadar atau pun tidak kita sedang mengalaminya.
Di lain pihak, bangsa ini juga sedang dijajah oleh musuh-musuh dalam negeri yang bertopeng "pangkat dan jabatan". Dengan dalih penyejahteraan, pemerataan, dan pemakmuran, tetapi di balik itu semua mereka memeras uang rakyat untuk kepentingan pribadi maupun golongan. Keberadaan pengkhianat-pengkhianat tersebut tidak mudah untuk diidentifikasi, hanya dapat diketahui jika tertangkap basah ketika melakukan penyelewengan, itupun masih dapat berkelit untuk menghindar.
Di tengah gempuran yang nyaris tiada henti dari luar dan dalam tersebut, bangsa kita mutlak membutuhkan pahlawan-pahlawan baru yang siap berdiri di baris terdepan untuk melakukan perlawanan. Pahlawan yang akan menantang segala bentuk penjajahan dan penindasan tanpa mengharapkan pamrih sedikit pun kecuali untuk kemajuan bangsa dan negara.
Arti Kepahlawanan
Berbicara tentang kepahlawanan berarti berbicara tentang sesuatu yang sangat berharga. Sesuatu yang didapatkan melalui pengorbanan dan ketulusan dalam melakukan perjuangan demi mengharumkan nama bangsa. Pahlawan bukan sekedar lebel untuk mengenang seseorang dalam berbagai simbol seperti monumen, piagam, atau patung. Nilai yang terkandung didalamnya lebih dari sekedar nama "pahlawan", tetapi menyiratkan kobaran semangat dan jasa tiada tara yang diberikannya kepada bumi pertiwi. Sejatinya, tidak semua orang mampu mendapatkan gelar kebangsaan ini.
Begitulah kira-kira indikator kepahlawanan yang disemaikan oleh pejuang-pejuang bangsa di masa lampau. Kiranya, kita memang butuh mengabadikan jasa mereka sebagai penghormatan, tetapi bukan untuk dikenang semata atau sekedar romantisme patriotik yang dapat menenggelamkan kepada jurang kejumudan tanpa sikap. Sebagai generasi penerus pengisi kemerdekaan yang harus kita lakukan adalah meneladani semangat patriotik yang telah mereka contohkan agar terinternalisasi dalam jiwa dan terimplementasikan dalam sikap sehingga terbentuk pahlawan-pahlawan baru pada masa kini.
Cerita tentang kepahlawanan klasik yang telah menjadi mitos masyarakat di alam modern mau tidak mau memang harus segera diakhiri. Pahlawan sejati tidak akan muncul hanya dengan membanggakan perjuangan para pendahulunya. Mereka akan tumbuh melalui pengasahan kepekaan diri terhadap realitas yang terjadi pada masanya untuk memberikan penjelasan tentang kesenjangan antara "apa yang ada" dengan "apa yang seharusnya".
Benar kiranya bahwa bangsa kita sedang mengalami krisis kepahlawanan. Sebagai contoh dapat diperhatikan cita-cita pada anak-anak generasi sekarang. Kebanyakan dari mereka lebih senang jika menjadi jutawan atau pejabat dengan uang melimpah. Memang bukan cita-cita yang buruk, bahkan tergolong tinggi. Tetapi yang menjadi persoalan adalah ketika keinginan tersebut dilakukan dengan menghalalkan segala cara, walaupun harus mengkhianati bangsanya sendiri. Kondisi ini telah terbukti dengan maraknya praktek korupsi di negara kita, dan yang tidak kalah mengkhawatirkan yaitu fenomena saling gontok-gontokannya antar elit politik dalam memperebutkan kursi kekuasaan.
Kitalah Pahlawan Itu
Tidak bisa tidak, kitalah yang harus berjuang melawan penjajahan dengan segala bentuk ketidakadilan yang diciptakannya. Kitalah yang akan menjadi pahlawan-pahlawan baru untuk mengontrol gerak roda pemerintahan dan melakukan counter terhadap dominasi asing yang merongrong tanah air.
Pahlawan bukan milik mereka yang duduk ongkang-ongkang menghisap uang rakyat, bukan milik mereka yang terdiam melihat kemiskinan dan ketertindasan menjamur di tengah-tengah kehidupan. Pahlawan adalah milik mereka yang tulus dalam melakukan perbaikan-perbaikan meskipun harus berhadapan dengan penguasa. Pahlawan adalah milik mereka yang bersungguh-sungguh belajar dengan giat, bekerja dengan terampil, memimpin dengan adil, tanpa rasa takut.
Pelajar, mahasiswa, buruh, pejabat, tukang becak, siapapun itu dan apapun martabatnya, kita semua dituntut untuk memberikan sesuatu kepada bangsa ini dan menyelamatkannya dari keterpurukan berkepanjangan. Sudah cukup kita membiarkan para penjajah dan pengkhianat merapuhkan semangat kebangsaan. Sekarang saatnya kita bangkit melawan, bergerak maju melawan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan.
Ingatlah selalu bahwa dalam darah kita mengalir darah para pejuang, darah yang akan mendidih melihat saudara-saudaranya mengalami kesengsaraan, darah yang tidak akan rela menyaksikan krisis terus-menerus melanda negeri. Selamat berjuang pahlawan-pahlawan masa kini. "Kalau bukan kita, lantas siapa yang diharapkan"?
*)) Aktivis IMM Sukoharjo

0 Responses to “MASYARAKAT INDONESIA PAHLAWAN BANGSA”:

Leave a comment