Mewaspadai Iklan Politik yang Menyesatkan

Haryanto*))
Dalam beberapa bulan terakhir ini media massa sering menyajikan iklan politik yang bertendensi untuk menggenjot popularitas tokoh-tokoh nasional yang ingin berkompetisi pada pemilu 2009, seperti Wiranto, Sutrisno Bachir, dan Rizal Malarangeng. Dalam iklan politik tersebut digambarkan sesosok tokoh nasional yang—seakan-akan—peduli dengan nasib bangsa Indonesia; sekaligus tips bagaimana agar bangsa ini bisa keluar dari beragam persoalan yang menghimpitnya.
Iklan tetaplah iklan bukan kenyataan. Artinya, iklan politik yang selama ini beredar sebenarnya tak lebih dari manifestasi nafsu kekuasaan para tokoh-tokoh nasional. Yasraf Amir Pilliang menyebutnya dengan realitas semu (pseudo reality) yang penuh dengan kedustaan. Karena iklan hanya akan menampilkan citra yang telah direkayasa sedemikian rupa oleh pemesannya. Dalam konteks iklan politik, pemesan menyampaikan pesan kepada publik bahwa dirinya cukup pantas untuk menjadi pemimpin nasional pada periode 2009-2013 mendatang.
Padahal, dalam pembuatan iklan politik—dari tahap persiapan, olah materi, hingga penayangan—bisa menghabiskan uang miliaran rupiah. Sebagaimana diberitakan oleh H.U Kompas, seorang tokoh nasional bisa menghabiskan uang sebesar Rp. 2 miliar sampai Rp. 2,5 miliar pada tiap iklan politik yang dipesannya.
Besarnya biaya pembuatan iklan politik ini tentu saja menggambarkan sebuah ironi politik (ironi politic) yang amat memuakkan. Karena di tengah kondisi rakyat yang serba sulit tak sepantasnya seorang tokoh nasional menghambur-hamburkan uang hanya demi citra dan popularitas—yang ujung-ujungnya adalah kekuasaan.
Kesadaran Kritis
Maka dari itu, rakyat sudah saatnya membangkitkan kesadaran kritis dalam menyikapi beragam iklan politik yang ditampilkan oleh media massa. Rakyat jangan sampai terjebak atau bahkan terpesona dengan kegagahan, kecerdasan, dan kekharismatikan seorang tokoh nasional hanya melalui tontonan iklan politik.
Kesadaran kritis, sebagaimana yang dirumuskan oleh Paulo Freire, merupakan sebuah upaya dalam memandang realitas politik sebagai suatu sistem kekuasaan yang menindas. Maka dari itu, setiap terjadi suatu perilaku yang berkaitan dengan alam politik semuanya harus dicurigai.
Manifestasi dari kesadaran kritis adalah rakyat harus menganalisis tokoh-tokoh nasional, mulai dari latar belakang sosial-politik, kontribusi yang telah diberikan untuk bangsa, partai politik apa yang menyokongnya, dan apa visi misi yang telah dirumusan.
Dengan memiliki penggambaran yang utuh atas seorang tokoh nasional yang bakal mencalonkan diri menjadi pemimpin bangsa, maka rakyat tidak akan mudah tertipu oleh manufer-manufer politik yang menyesatkan, seperti iklan politik.
Minimal, terdapat tiga strategi utama yang dapat dilakukan rakyat agar bisa melakukan analisis yang komprehensif terhadap tokoh-tokoh nasional. Pertama, menghadirkan tokoh-tokoh nasional yang bersangkutan untuk menyampaikan grand desain bangsa Indonesia di masa depan—misalnya dengan mengadakan seminar politik. Dari sini rakyat akan bisa melihat sejauh mana kecerdasan seorang tokoh nasional dalam mempersiapkan pondasi-pondasi baru bangsa Indonesia agar bisa terlepas dari beragam persoalan yang menghimpitnya.
Kedua, Menilai secara objektif setiap kampanye politik yang dilakukan oleh partai politik dan tokoh-tokohnya. Sebab, kampanye biasanya menyimpan karakter asli bagi parpol dan tokoh-tokohnya. Apabila kampanye politik yang dilakukan mengunakan cara-cara yang keluar dari jalur kewajaran, seperti money politic, menghujat parpol dan tokoh lainnya, atau sengaja membuat keributan, maka rakyat sudah semestinya tidak bersimpati untuk memperjuangkan parpol dan tokoh-tokoh yang demikian.
Ketiga, Membaca. Membaca adalah satu-satunya pintu yang akan menghantarkan rakyat untuk memasuki alam kecerdasan yang sebenarnya. Tanpa membaca jangan pernah mengharap kesadaran kritis akan terbangun. Dalam konteks ini, membaca berita politik di media massa patut untuk ditingkatkan frekuensi dan intensitasnya. Karena media massa saat ini cukup kritis dalam memberitakan perilaku-perilaku politik yang dilakukan oleh para elite. Minimal, dengan membaca berita, rakyat akan mendapatkan informasi terkini mengenai tokoh-tokoh nasional.
Biar bagaimana pun partisipasi penuh dari rakyat adalah kunci utama yang amat menentukan siapa tokoh nasional yang akan memimpin bangsa ini di masa depan. Maka dari itu, rakyat jangan sampai hanya terdiam dan pasrah ketika menyaksikan realitas politik yang tidak mencerminkan kearifan atau kesantunan politik. Kini, sudah saatnya rakyat memimpin bangsa!
*)) Aktivis IMM Sukoharjo

0 Responses to “Mewaspadai Iklan Politik yang Menyesatkan”:

Leave a comment