Bunuh Diri Parpol

Haryanto*))
Keroposnya agenda-agenda kerakyatan partai politik (Parpol) dan tersingkapnya perilaku-perilaku kotor beberapa aktivis partai telah menjadikan rakyat semakin apatis terhadap kinerja Parpol.
Fenomena golput yang kerap mengiringi pemilihan kepala daerah (Pilkada) di tingkat kabupaten/ kota dan propinsi merupakan bukti nyata bahwa Parpol sudah tak lagi mampu memobilisir massa secara maksimal.
Kecerdasan politik rakyat sudah terbangun. Kebobrokan-kebobrokan yang sekian lama menggandrungi Parpol pun tak lekang tertelanjangi oleh mata rakyat. Sehingga, ketika parpol tak melakukan penyeimbangan antara kerja-kerja politik dan kerja-kerja kerakyatan serta memperbaiki moralitas aktivisnya, maka Parpol sedang menuju kepada kematian eksistensinya.
Apa lagi era monopoli Parpol dalam kancah suksesi kepemimpinan politik telah berakhir. Calon perseorangan yang kian menggema di telinga rakyat telah menjadi pilihan alternatif yang cukup menjanjikan. Sebab dalam sistem pemilihan langsung, calon pemimpin yang memiliki tingkat popularitas tinggi memiliki potensi besar untuk memenangkan kompetisi. Sayangnya, popularitas tak pernah didapatkan melalui kendaraan Parpol.
Akankah partai politik berani membenahi dirinya? Berat, sulit, dan rumit. Apa lagi menjelang pemilu 2009, Parpol membutuhkan konsentrasi penuh untuk meng-goal-kan jago-jagonya agar bisa menduduki kursi-kursi strategis, baik di tingkat eksekutif maupun legislatif. Artinya, rakyat hanya akan menjadi objek politik atau korban atas nafsu kekuasaan semata.
Toh, bukan rahasia lagi jika aktivis-aktivis elite Parpol kerap melakukan—meminjam bahasa Yasraf Amir Pilliang—“politik dagang kursi”, yaitu menciptakan beragam konspirasi, tawar-menawar, negosiasi, bahkan politik uang untuk menyelamatkan posisi politik masing-masing sambil mendekonstruksi segala ikrar, sumpah, janji, simbol, dan slogan partai yang telah ditawarkan kepada rakyat.
Kebiasaan kotor Parpol yang terus-menerus dipupuk dan ditradisikan tersebut sejatinya telah menggerogoti moralitas kader-kader muda di internal partai. Sehingga, aktor-aktor politik yang muncul di struktur pemerintahan dan parlemen sudah tidak steril lagi dari perilaku-perilaku korup. Dan hasilnya, banyak kita jumpai para elite partai yang duduk di parlemen terlibat kasus korupsi, kolusi, atau nepotisme (KKN).
Kini, sudah saatnya Parpol kembali kepada khittahnya, yaitu menjadi wadah yang efektif untuk memperjuangkan aspirasi rakyat. Maka dari itu, parpol harus mendekatkan diri kepada rakyat. Sensitif terhadap kebutuhan-kebutuhan rakyat yang saat ini sedang dilanda krisis akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), konflik antar kelompok warga dan agama, serta meningkatnya harga pangan.
Jika Parpol tak mampu bergerak ke arah sana, maka parpol secara pelan-pelan namun pasti sedang melakukan bunuh diri dan benar-benar menuju kepada kematian eksistensinya.
*)) Aktivis IMM Sukoharjo

0 Responses to “Bunuh Diri Parpol”:

Leave a comment